Penalaran dalam Membuat Kesimpulan

Proses berpikr manusia untuk menghubungkan hubungan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan disebut penalaran.
Dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan benar-benar kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima.
Ada duan macam penalaran yang biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran induktif dan penalaran deduktif.

1. Penalaran Induktif
Dalam penalaran induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa atau keterangan atau data yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang mencakup semua peristiwa khusus itu.

Ada tiga jenis penalaran induksi :
A. GENERALISASI
Penalaran generalisasi dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh;
Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatak seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.

B. ANALOGI
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah adapersamman dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Contoh:
Kita banyak tertarik dengan planet Mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dsan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atmosfer seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan temperatur Bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada juga. Caranya beredar mengelilingi matahari meyebabkan pula timbulnya musim seperti di Bumi. Jika di bumi ada makhluk hidup, tidakkah mungkin ada makhluk hidup di planet Mars.

C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Contoh penalaran hubungan sebab akibat:
Belajar menurut pandangantradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlh ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.

Contoh penalaran hubungan akibat sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini selain disebabkan kurangnya oerhatian dari orang tua dan pengaruh masyarakat, pengaruh televisi dan film cukup besar.

2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif didasarkan pada penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal yang umum. Dalam karangan penerapan penalaran deduktif ini tampak pada pernyataan umum yang dituangkan dalam kalimat utama yang kemudian menuju pada beberapa kalimat penjelas.
Macam deduksi yang biasa digunakan dalam berargumentasi ialah silogisme. Dalam silogisme kita dapati dua premis dan satu premis kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum/premis mayor dan premis khusus/premis minor.
Premis umum (=PU), menyatakan bahwa semau anggota golongan tertentu (=semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B).
Premis khusus (=PK), menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) adalah anggota golongan tertentu itu (=A).
Kesimpulan (=K), menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B)
Jika ketentuan-ketentuan di atas kita rumuskan, rumus itu akan berbunyi sebagai berikut:

Contoh 1:
PU : Semua jenis parasit merugikan inangnya.
PK : Benalu tergolong parasit.
K : Benalu tentu merugikan inangnya.

Contoh 2:
PU : Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK : Ikan paus binatang menyusui.
K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.

Penggunaan silogisme dalam kehidupan sehari-hari atau karang-mengarang terasa sangat kaku. Oleh karena itu kita perpendek dengan tidak menyebutkan premis umumnya. Kita dapat langsung mengetengahkan kesimpulan, dengan premis khusus sebagai penyebabnya. Bentuk silogisme yang demikian disebut entimem.
Entimem dapat dirumuskan: C = B, karena C = A.
Contoh 1:
Silogisme:
PU : Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK : Budiman pegawai yang baik.
K : Budiman tidak mau menerima suap.
Entimem:
Budiman tidak mau menerima uang suap, karena ia pegawai yang baik.

Contoh 2:
Silogisme:
PU : Orang yang ingin sukses hidupnya harus bekerja keras.
PK : Diah orang yang ingin sukses hidupnya.
K : Diah harus bekerja keras.
Entimem:
Diah harus bekerja keras, karen ian inigin sukses hidupnya.

Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Pak susilo seorang dokter terkenal pada zamannya. Beliau mempunyai tiga orang anak. Anak pertamanya, Salyono, seorang psikolog yang sering mengisi acara di televisi. Anak keduanya, sutrisno, menjadi dokter ahli kandungan di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Dan anaknya yang ketiga, perempuan ,Utari menjadi dokter spesialis anak dan sebagai kepala bagian polianak di rumah sakit yang sama dengan dr. Sutrisno. Pak Susilo bangga dan bahagia melihat ketiga anaknya telah bekerja sesuai dengan bidangnya.
Perbaikan kalimat simpulan generalisasi yang tercetak miring dan sesuai dengan isi paragraf yaitu……
a. Pak Susilo keluarga yang bahagia sejahtera.
b. Semua anak Pak Susilo sukses.
c. Keluarga yang membanggakan seperti Pak Susilo.
d. Keluarga Pak Susilo keluarga ilmuwan dan pekerja.
e. Pak Susilo keluarga dokter spesialis yang sukses.
2. Tanaman perlu perawatan. Merawat tanaman dapat dilakukan dengan cara memberi pupuk, menyirami setiap hari, dan menyiangi rumput yang mengganggu pertumbuhannya. Apabila hal ini dilakukan sungguh-sungguh, tanaman akan tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang baik dan bermutu tinggi. Orang akan mencari kualitas buah seperti ini. Sama halnya dengan manusia. Sejak kecil seseorang diperhatikan gizi yang dibutuhkannya dengan baik, diberi kasih sayang dan perhatian. Otaknya diasah dengan ilmu pengetahuan dan dijauhkan dari hal-hal yang buruk. Kelak ia memiliki tubuh yang sehat dan mempunyai pengetahuan yang luas. Orang yang seperti ini akan berguna bagi masyarakat di mana saja ia berada. Dan keberadaannya sangat dibuthkan orang. Jadi, setiap makhluk hidup perlu dirawat.
Kalimat simpulan yag tepat untuk memperbaiki kalimat yag bercetak miring pada paragraph analogi tersebut ialah……
a. Jadi, apa pun yang kita miliki kalau kita rawat dan pelihara dengan baik pasti awet.
b. Jadi, antara tanaman dan orang/manusia mempunyai persamaan, yaitu sama-sama perlu perawatan
c. Jadi, perakuan kepada tanaman sama dengan perlakuan kepada manusia yaitu sama-sama memerlukan kasih sayang.
d. Jadi, merawat dan membesarkan anak sehingga menjadi orang yang berguna, seperti merawat tanaman agar berkualitas baik.
e. Jadi, menghasilkan tanaman yang berkualitas sama dengan mendidik manusia yang berguna dan dibutuhkan oleh masyarakat.
3. PU : Semua siswa yang kedapatan membawa senjata tajam diperiksa di kantor polisi.
PK : Sudin siswa yang kedapatan membawa senjata tajam
Simpulan (K) : Sudin mendapat hukuman yang setimpal.
Kalimat yang tepat untuk memperbaiki simpulan (K) silogisme tersebut yaitu…..
a. Sudin harus ditindak dan dihukum
b. Sudin tergolong siswa yang sangat nakal.
c. Sudin akan dikeluarkan dari sekolahnya.
d. Sudin diperiksa di kantor polisi.
e. Sudin dinyatakan melanggar dan dihukum
4. Percabangan suatu proto menjadi dua bahasa baru atau lebih, serta tiap-tiap bahasa baru itu dapat bercabang pula dan seterusnya, dapat disamakan dengan percabangan sebatang pohon. Pada suatu waktu batang pohon tadi mengeluarkan cabang-cabang baru, tiap cabang kemudian bertunas dan bertumbuh menjadi cabang-cabang baru. Cabang-cabang yang baru ini kemudian mengeluarkan rantin-ranting yang baru. Demikian seterusnya. Begitu pula percabangan pada bahasa.
Paragraf tersebut menggunakan pola pengembangan
a. Sebab-akibat
b. Akibat-sebab
c. Generalisasi
d. Analogi
e. Proses
5. PU :semua siswa SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi negeri harus lulus SPMB.
PK :Anto siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi negeri.
K :
Kesimpulan yang tepat dalam silogisme tersebut adalah……
a. Anto ingin kuliah karena ia siswa SMA.
b. Siswa yang ingin kuliah harus mengikuti SPMB.
c. Anto harus lulus SPMB.
d. Anto tamat SMA.
e. Anto akan mengikuti SPMB.
6. PU : setiap warga Negara Indonesia harus menjaga keamanan dan persatuan bangsa.
PK :
K : saya harus menjaga keamanan dan persatuan
Pengisi PK yang sesuai dengan pernyataan tersebut adalah….
a. Siapa saja warga Indonesia
b. Beberapa warga Negara Indonesia.
c. Saya warga Negara Indonesia.
d. Salah satu warga Negara Indonesia.
e. Masyarakat warga negar Indonesia.
7. PU :
PK : ibu menderita darah tinggi.
K : biu tidak boleh memakan makanan yag berlemak.
Pengisi PU yang sesuai dengan pernyataan tersebut
a. Beberapa penderita darah tingi tidak boleh makan makanan yag berlemak.
b. Sebagian penderita darah tinggi tidak boleh memakan makanan yag berlemak.
c. Semua penderita darah tinggi tidak boleh memakan makanan yag berlemak.
d. Ada penderita darah tinggi yang tidak boleh makan makanan yang berlemak.
e. Ibu-ibu yag menderita darah tinggi tidak boleh makan makanan yang berlemak.
8. Inflasi lunak sering diartikan sebagai laju inflasi yang kurang dari 5%, sedangkan inflasi moderat adalah inflasi yang mencapai 20%, meskipun ada yang memberikan batasan inflasi moderat itu sampai 30%. Inflasi yang melebihi 30% umumnya dianggap inflasi keras. Dari catatan di atas dapat dikatakan bahwa dalam dunia moneter dikenal tiga macam inflasi.
Pola pengembangan paragraf di atas adalah
a. Analogi
b. Hubungan sebab akibat
c. Hubungan akibat sebab
d. Induksi
e. Hubungan sebaba akibat 1 akibat 2
9. Tumbuhan adalah bagian dari makhluk hidup yang dalam pertumbuhannya selain diberi pupuk agara subur, sangat memerlukan air agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanpa air, tumbuhan akan mati. Demikian pula binatang. Tanpa air, binatang akan mati.
Simpulan dari analogi di atas adalah…..
a. Manusia memerlukan air untuk kehidupannya.
b. Binatang memerlukan air untuk kehidupannya.
c. Manusia tidak dapat hidup tanpa air.
d. Makhluk hidup tanpa air tidak berkembang.
e. Air sangat dibutuhkan makhluk hidup.
10. Sebagai daerah vulkanik, sebagian besar wilaak Indonesia kaya akan sumber energi. Pembentukan sumber panas bumi dikontrol oleh proses geologi yang berlangsung sepanjang jalur vulkanik, terobosan magma serta sesaran-sesaran lapisan kerak bumi. Berdasarkan penelitian ternyata bumi pertiwi kita mengandung bahan yang merupakan sumber energi yang dapat diolah dan dimanfaakan sepanjang masa.
Simpulan umum paragraf induksi di atas adalah…..
a. Indonesia sebagian besar merupakan daerah vulkanik.
b. Daerah – daerah vilkanik merupakan penghasil energi.
c. Sumber energi bisa dimanfaatkan melalui pengolahan.
d. Sumber energy tersebut berasal dari perut bumi.
e. Bumi pertiwi banyak mengandung sumber energi.

PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF

A. Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk suatu proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.

B. Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

C. Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

#DEDUKTIF

A. Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran deduktif juga seperti menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :
– semua hewan punya mata
– anjing temasuk hewan
– anjing punya mata

B. Ciri-ciri paragraf Deduktif
Ide pokok atau kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan selanjutnya di ikuti oleh kalimat kalimat penjelas untuk mendukung kalimat utama.
paragraf induktif
Ide pokok terlatak di akhir paragraf,dan kalimat penjelas berada pada bagian awal paragraf.

C. Contoh Paragraf Deduktif

Setiap orang dilahirkan dan di besarkan di dalam lingkungan keluarga. Tak seorangpun yang tidak mengalami kehidupan di dalam keluarga. Pemeliharaan dan pembinaan seseorang anak adalah perwujudan cinta kasih kepada orang tua. Secara alamiah orang tua mempunyai rasa cinta kepada anak. Bagaimanapun keadaannya orang tua tetap akan memelihara dengan penuh kasih sayang terhadap anaknya.

#INDUKTIF
D. Penalaran Induktif
Penalaran Induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Dengan kata lain penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untukbenar.

Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat denganpengumpulan data dan statistik.Penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya.

E. Ciri-ciri Paragraf Induktif
– Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
– Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa
khusus
– Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
– Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
– Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
– Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
– Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang
mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
– Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan
utama

F. Jenis Paragraf Induktif
• Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
• Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
• Klasifikasi
• Perbandingan
• Sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.

G. Contoh Paragraf Induktif
Setelah diadakan peninjauan ke Desa Pekayon Bekasi, diketahui persentase penggunaan listrik di RW 01 desa tersebut sebanyak 90%. Rumah penduduk yang telah menggunakan listrik, di RW 02 sebanyak 95%, RW 03 sebanyak 100%, dan RW 04 sebanyak 85%. Boleh dikatakan, di Desa Pekayon 92% rumah penduduk sudah menggunakanlistrik.

contoh penalaran induktif adalah :

kerbau punya mata.
anjing punya mata.
kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata

Pantun Nasehat

Orang zaman dahulu sering menggunakan pantun untuk memberi nasehat kepada orang yang lebih mudah. Berikut bintang punya berbagai macam koleksi contoh pantun nasehat yang bisa kamu pakai.

Contoh pantun nasehat bagian 1 :

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Kumpulan pantun yang memiliki kata kata nasehat bagian 2 :

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Contoh kumpulan pantun yang memberi peduah tentang arti hidup :

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Kata kata nasehat yang dibuat pantun :

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Beberapa contoh pantun nasehat yang bisa kamu pakai untuk kehidupan ini :

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kumpulan pantun yang bisa memberi contoh kepada generasi muda.
Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua

Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Semua kumpulan pantun diatas diambil dari berbagai sumber, kamu bisa memakai semua pantun diatas untuk digunakan sebagai nasehat kepada orang lain. Dijamin akan lebih menyindir dibanding kata kata yang biasa.

Ayo Kenali dan Cintai Bahasa Indonesia

“Berbahasa satu, bahasa Indonesia,” adalah salah satu sumpah para pemuda Indonesia, tepat 80 tahun silam. Tapi bagaimana “nasib” bahasa Indonesia kita? Apakah pemuda kita kini sudah mengenali bahasa kita? Berikut kilas sejarah bahasa Indonesia dan apa saja yang sudah terjadi pada pemersatu bangsa ini.

Sebagai bahasa yang selalu berkembang, bahasa Indonesia selalu terbuka. Bahasa Indonesia –sesuai namanya, ‘nesia’ yang ‘indo’- adalah bahasa kemempelaian yang bersanak-saudara banyak. Artinya, bahasa Indonesia terbentuk, kemudian dibentuk, di atas wilayah bahasa Melayu sebagai bagian bahasa-bahasa Austronesia, yakni sebagai lingua franca antar perlintasan suku, sukubangsa, bangsa, dan ras yang silih berganti mendatangi negeri ini. (Lihat Alif Danya Munsyi. 2005)

Akibat dari bahasa Melayu sebagai lingua franca, maka bahasa melayu diangkat sebagai cikal bakal bahasa Indonesia mengalahkan saingannya bahasa Jawa, Sunda, dan lainnya yang merupakan satu diantara bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Dalam proses pembentukan Bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang, tidaklah semuanya murni dari bahasa Melayu. Dalam kosakata bahasa Indonesia ada yang merupakan hasil dari serapan bahasa luar, misalnya bahasa daerah (Jawa, Sunda, Sansekerta), bahasa asing (Belanda, Inggris, Latin, Arab) dan banyak serapan dari bahasa lain laginya yang tidak penulis sebutkan satu per satu. Dalam proses penyerapan inilah, terkadang terjadi kesalahkaprahan dalam penyerapan –entah apa alasannya- dari bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia. Berikut saya coba memberikan beberapa contoh penyerapan bahasa lain –imbuhan –isasi- yang kurang tepat.

Standarisasi atau standardisasi?

Anda tentu memerhatikan, kata standarisasi bersaing pemakaiannya dengan kata standardisasi. Misalnya saja, sebuah badan negara menggunakan kata standardisasi sementara ada juga lembaga pendidikan tinggi yang menggunakan kata standarisasi. Kata yang kita permasalahkan ini berasal dari bahasa Inggris, standardization (atau ada juga yang menulis standardisation). Kata asalnya adalah standard yang kita serap menjadi kata standar. Sementara kata standardization kita serap menjadi standardisasi, bukan standarisasi.

Mungkin ada yang bertanya, “Mengapa bukan standarisasi yang benar? Bukankah kata standar jika diberi akhiran -isasi akan menjadi standarisasi?” Jawabannya adalah karena akhiran -isasi adalah akhiran asing yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia sehingga harus diserap sebagai bagian kata yang utuh. Dengan demikian, kita harus menyerap kata tersebut dari bentuk asalnya, yakni standardization, menjadi standardisasi seperti juga pada kata implemen dan implementasi.

Legalisasi, modernisasi dan normalisasi

legalisatie, legalization menjadi legalisasi

modernisatie, madernization menjadi modernisasi

normalisatie, normalization menjadi normalisasi

Contoh di atas memerlihatkan bahwa dalam bahasa Indonesia kata legalisasi tidak dibentuk dari kata legal dan unsur –isasi, tetapi kata itu diserap secara utuh dari kata legalisatie atau legalization. Begitu juga halnya kedua kata yang lain, yaitu normalisasi dan modernisasi. (lihat Buku Praktis Bahasa Indonesia. 2007)

Bahasa Indonesia tidak menyerap unsur asing –isatie atau –ization menjadi –isasi, tetapi akhiran tersebut diserap secara utuh bersamaan dengan kata aslinya. Jadi hal ini hendaklah –kita sebagai pengguna bahasa Indonesia- memerhatikan secara seksama dalam proses pembentukan kata yang diserap dari bahasa asing.

Selain unsur –isasi di atas, ada juga satu kosakata dalam bahasa Indonesia yang sering kurang tepat penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari maupun situasi resmi. Sesuai dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam situasi resmi, kita harus menghindari seminim mungkin kesalahan dalam berbahasa. Baik itu lisan maupun tulisan.

Pungkir atau Mungkir?

Perhatikan kalimat berikut!

”Tidak bisa dipungkiri lagi Sobat, keputusan sudah bulat”

”Tidak. Kita bisa memungkiri keputusan tersebut!”

Kalimat pertama menggunakan kata “dimungkiri”, sementara kalimat kedua memakai

kata “dipungkiri”. Mana yang benar?

’Mungkir’ dalam KBBI berarti tidak mengakui, tidak mengiakan, menolak, menyangkal. Inilah kata yang baku. Lalu, bagaimana dengan kata pungkir? Pungkir adalah kata yang tidak baku dari kata mungkir sehingga kita sebaiknya mengatakan “tak bisa dimungkiri”,

bukan “tak bisa dipungkiri”.

Dalam berbahasa Indonesia, khususnya dalam kegiatan menulis sering terjadi kesalahan yang apakah kurang diperhatikan atau tidak tahu, atau mungkin saja karena sudah menjadi kebiasaan. Saya juga sebagai penulis artikel ini bukanlah seorang yang pakar dalam menulis dengan kaidah yang baik dan benar, tetapi belajar menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sekaligus menghormatinya. Hidup bahasa Indonesia!!!